UK….I Miss You!

Sejak lahir sampai sekarang, saya tinggal di Jakarta…berarti sudah lebih dari 40 tahun saya menjadi warga Jakarta….kecuali selama satu tahun di periode 1997 – 1998,  saya mendapat kesempatan emas untuk menjadi warga Inggris…tepatnya warga Manchester atau biasa dikenal sebagai ‘the Mancunian’. Saya sebut sebagai kesempatan emas…karena saya tinggal dan bersekolah di Inggris dengan gratis! Saat itu saya mendapatkan beasiswa dari The British Council untuk kuliah S2 di sana (thank you so much, British Council!).  Penerima beasiswa bebas memilih mata kuliah dan tempat kuliah yang diminati di salah satu perguruan tinggi di Inggris dan takdir membawa saya sampai ke Manchester.

Kartu Mahasiswa dan Kartu Perpustakaan

Setelah kembali dari Inggris di bulan September 1998, saya belum pernah balik lagi ke Inggris. Enam belas tahun telah berlalu dan tiba-tiba saya kangen berat untuk kembali ke tanah Britania Raya setelah melihat di blog  tetangga, ada Mister Potato mengadakan ‘blog contest’ dengan hadiah utama #InggrisGratis….! Wow!!! Apa yang membuat saya kangen dengan Inggris? Banyaaak…. Karena kompetisi “Ngemil Eksis Pergi ke Inggris” ini tujuannya ke 7 ikon Inggris atau 7 Stadion Legendaris Inggris, maka berikut saya sajikan 7 hal yang bikin saya kangen dengan Inggris.

  1. Saya kangen dengan cuaca Inggris….

“How’s the weather today?” adalah topik pembicaraan paling populer untuk membuka percakapan di Inggris. Cuaca di sana sangat tak menentu, sebab itu warganya banyak berpegang pada kecanggihan ramalan cuaca untuk menentukan kegiatan sehari-hari. Bagi saya yang selama ini tinggal di Jakarta dengan alternatif cuaca hanya panas atau hujan (meski hujan, tetap saja panas juga), rasanya seru banget untuk merasakan kedinamisan cuaca di Inggris.

Saya beruntung sempat merasakan keempat musim yang menjadi kekhasan negara-negara Barat. Musim gugur dengan warna-warni yang indah, musim dingin dengan es dan salju yang sebelumnya hanya ada di angan saya, musim semi yang ‘menumbuhkan’ berbagai bunga dan tanaman baru dan musim panas yang benar-benar panas. Selain memiliki empat musim, sebagai negara yang berbentuk pulau dikelilingi oleh lautan, Inggris terkenal dengan anginnya yang kencang, bukan angin puyuh tentunya tapi cukup membuat kita berjalan sempoyongan. Meskipun saya sempat juga mengeluh mengenai cuaca di sana (seperti yang sering dikeluhkan juga oleh orang-orang lokal), saat ini saya ingin menikmati kembali cuaca Inggris yang penuh drama itu.

  1. Saya kangen dengan “British accent”….

Saya sudah belajar Bahasa Inggris sejak kelas 2 SD, nilai Bahasa Inggris saya di raport selalu bagus dan sebelum saya berangkat ke Inggris pun saya mengikuti kelas persiapan Bahasa Inggris, tapi ketika saya berhadapan dengan supir bis di Manchester…saya ternyata tidak mengerti apa yang dikatakannya dan dia juga tidak mengerti pertanyaan saya…ooooh….saya sempat ‘shock’ menghadapi kenyataan itu. Baru setelah beberapa minggu beradaptasi dengan aksen lokal, saya merasa nyaman berkomunikasi dengan warga lokal.

Ternyata belajar “listening” melalui bintang-bintang film Inggris seperti Mr. Bean alias Rowan Atkinson (yang bicaranya memang minim), James Bond dan Hugh Grant (my favourite British actor) tidak terlalu banyak membantu karena yang saya hadapi sehari-hari di sana adalah warga lokal, bukan bintang film internasional.

Meskipun banyak orang bilang agak sulit memahami aksen Inggris, bagi saya, “British accent” lebih sexy daripada “American accent”…meski yang bicara seorang supir bis sekali pun.

  1. Saya kangen belanja di Inggris….

Sebagai ‘anak beasiswa’ di Inggris, apalagi mengajak suami (padahal jatah tunjangan hidup hanya untuk satu orang), keadaan ekonomi saya di sana masuk dalam kategori ‘mepet banget’. Tentunya, saya pernah berkunjung ke Harrods dan Baker Street yang menjadi icon tempat belanja di London atau ke Debenhams yang waktu itu belum ada di Jakarta, tetapi saya lebih kangen berbelanja di pasar-pasar ‘tradisional’ di Inggris.

Saya kangen ke pasar barang-barang ‘second hand’ yang menjual mulai dari TV bekas sampai peralatan makan. Saya kangen bertemu pedagang di pasar lokal yang harga barangnya bisa ditawar-tawar (maklumlah…perempuan di mana saja suka menawar). Saya kangen ke toko agen koran dan majalah yang sudah hafal dengan koran kesukaan suami saya dan selalu memberi harga ‘khusus mahasiswa’ buat kami.

Dunia ritel tradisional Inggris lebih menarik bagi saya karena bisa mempertemukan saya dengan ‘the real British’, tidak terjebak dengan konsumerisme yang utamanya diciptakan untuk menarik turis berbelanja.

  1. Saya kangen dengan berita selebriti Inggris…

Media Inggris sama seperti media di negara mana pun, termasuk di Indonesia, senang memberitakan kabar selebriti. Di tahun ’97-an itu…berita terheboh antara lain tentang kisah asmara antara David Beckham dan Victoria “Posh” Spice Girl. Maklumlah, mereka berdua memang sedap dipandang mata dan sedang ngetop….Manchester United dan Spice Girls benar-benar sedang berkibar jaya pada masa itu. Pemberitaan tentang mereka selalu jadi hiburan buat saya. Sampai sekarang, saya masih belum ‘move on’ dari “The Beckhams”. Meskipun mereka tidak muda lagi, berita tentang mereka tetap menarik bagi saya.

The Royal Family juga tergolong ‘selebriti’ di Inggris. Berita kecelakaan maut Princess Diana di Paris pada tahun 1997 itu menjadi berita utama terus-menerus di semua media di Inggris. Kebetulan sekali saya berada di London pada saat Inggris berduka. Saya masih terkenang dengan atmosfir duka cita yang mendalam dari rakyat Inggris yang tumpah ruah di jalan-jalan utama London. Di depan gerbang utama Buckingham Palace, Kensington Palace (kediaman Princess Diana) dan di Harrods (toko milik keluarga kekasih Princess Diana), ribuan karangan bunga diletakkan warga Inggris.

Suplemen khusus harian "The Mirror" tahun 1997
Suplemen khusus harian “The Mirror” tahun 1997

Karena nge’fans’, saya masih menyimpan beberapa majalah edisi khusus tahun 1997 yang menulis tentang Lady Diana, saya juga membeli perangko edisi Princess Diana yang menjadi salah satu koleksi favorit saya sampai sekarang.

  1. Saya kangen dengan denyut Liga Inggris….

“Waaah….asyik banget kuliah di Manchester….bisa nonton bola terus…” itu adalah komentar yang sering saya terima dari kenalan ketika tahu bahwa saya (pernah) tinggal di Manchester. Kenyataannya, ketika saya pergi ke Manchester, saya bukanlah penggemar bola…nggak ‘ngerti’ aturan main bola dan nggak kenal nama-nama pemain Manchester United (kecuali David Beckham, karena dia ganteng). Namun setelah beberapa bulan tinggal di Manchester, perlahan tapi pasti, “jiwa” bola itu masuk ke dalam diri saya. Bola bukan saja permainan 90 menit di lapangan hijau…it’s much more than that! Melihat para fans MU bergerombol di jalanan di hari-hari pertandingan, lengkap dengan “yell-yell” dan pakaian unik, terus-terusan melihat pemberitaan tentang liga Inggris di media massa dan ikutan nonton bola di TV bersama suami, akhirnya membuat saya jatuh cinta pada bola, khususnya dengan club Manchester United.

Prestasi Manchester United di musim 1997 – 1998 tergolong biasa saja, tapi bagi warga Manchester (termasuk saya waktu itu dan sampai sekarang)…. Manchester United is always in our heart (waktu itu Manchester City belum bermain di divisi utama).

Meski tinggal di Manchester selama setahun, nyatanya, saya hanya pernah satu kali mengunjungi markas Manchester United di Old Trafford atas undangan pemberi beasiswa, British Council untuk sebuah acara mereka. Acaranya diadakan di malam hari dan sayang sekali, kami tidak diajak melihat ke lapangannya. Gemes juga rasanya diundang ke Old Trafford tetapi tidak melihat lapangannya, tetapi apa daya…ketika itu pun, ticket masuk menonton pertandingan di Old Trafford sudah mahal.

Sekarang, saya sudah jadi ibu dari dua anak, yang besar perempuan (14 tahun) dan yang kecil laki-laki (13 tahun). Anak laki-laki saya gemar main bola dan senang nonton pertandingan bola. Sejak dia mulai bermain bola di usia 7 tahun….sudah saya ‘brainwash’ untuk menjadi fans Manchester United. Meski dia bertumbuh menyukai beberapa team lainnya…tetap saja saya belikan atribut Manchester United.

Koleksi Jersey MU milik anak saya :-)
Koleksi Jersey MU milik anak saya 🙂

Jadi, kalau Mister Potato berkenan mengajak saya jalan-jalan ke Old Trafford, saya bisa menuntaskan keinginan saya yang belum kesampaian yaitu melihat lapangan bola Old Trafford (semoga kali ini diajak melihat lapangannya)…waaaah, it’s one of my dream!

  1. Saya kangen dengan kuliner Inggris….

Kalau dalam hal keragaman makanan, masakan Indonesia masih lebih bervariasi dibanding Inggris. Bagi saya, ‘fish and chips’ adalah ‘icon’ makanan Inggris. Kepopulerannya mungkin bisa disamakan dengan pecel lele-nya Jakarta, tetapi yang saya “kangenin” dari Manchester adalah makan ‘pie’ (di sana disebut ‘pasty’) di pinggir jalan, apalagi di musim dingin. ’Pie’ yang masih hangat mengepul di suhu yang dingin lalu langsung kita makan, bikin badan jadi hangat sungguh sensasional! Antrian di tempat ‘pie’ favorit saya selalu panjang, tetapi saya selalu rela mengantri.

Suami dan saya juga punya tempat langganan pizza murah-meriah…cuma 2 poundsterling untuk seloyang pizza. Juru masaknya juga sudah hafal dengan pesanan favorit kami: Prawn and Cheese Pizza dan kami selalu minta agar pizzanya dipanggang sampai garing sekali. Mereka menggunakan oven tungku dan kulit pizza-nya tipis. Di restaurant mungil itu juga tersedia sambal yang enak…saya tidak suka pedas, tapi suami saya kangen pedas selama tinggal di Inggris dan sambal pizza ini lumayan enak.

Orang Inggris suka sekali makan ‘chips’….kripik kentang, seperti Mister Potato dan saya ‘ketularan’ kebiasaan ini. Apa pun makanannya, saya selalu tambahkan chips…makan roti pakai chips, makan sup pakai chips, makan pisang pakai chips…. Pokoknya pengalaman makan apa pun jadi tambah menyenangkan jika ada chips-nya.

Satu lagi ‘tradisi’ Inggris yang terbawa terus sampai sekarang adalah minum teh! Orang Inggris sangat gemar minum teh, biasanya dengan susu. Jenis tehnya sangat bervariasi, tetapi kegemaran kami adalah “English Breakfast Tea” (biasa disingkat ‘EBT’). Susu harus dituangkan terlebih dahulu ke cangkir teh, barulah teh panas dituangkan sehingga paduan rasa susu dan teh menjadi optimal…begitulah yang saya pelajari dari orang lokal. Bagi orang Inggris, minum teh adalah kegiatan sosial, sambil duduk ngobrol dengan keluarga atau teman menikmati secangkir teh dan biskuit. Oooh…it’s so British!

  1. Saya kangen almamater saya….

“Last but not least”….setelah lulus S2 enam belas tahun yang lalu, tentu saya kangen untuk mengunjungi kembali kampus saya di Manchester yaitu di University of Manchester. Kampusnya terletak di Oxford Road, dengan gedung-gedung kampus yang antik di sisi kiri dan kanan jalan. Kampusnya tidak mewah tapi ‘homy’ dan fasilitasnya lengkap.

Cikal bakal universitas ini sudah dibangun di tahun 1851 dan terus diperluas dengan menggabungkan beberapa institusi pendidikan lainnya di Manchester. Bangunan-bangunan tua tetap dipertahankan sampai sekarang sehingga kompleks kampus ini juga merupakan ‘icon’ kota Manchester.

 

Nah…ketujuh hal di ataslah yang bikin saya kangen dengan Inggris…. Hal-hal kecil dari keseharian saya dan suami selama setahun tinggal di Manchester selalu menjadi kisah manis kami berdua dan sekarang sering kami ceritakan kepada kedua anak kami.

Buat saya, Inggris bukanlah sekedar tujuan wisata tetapi sumber inspirasi yang tiada habisnya.

Bersama Mister Potato kembali ke Inggris
Bersama Mister Potato kembali ke Inggris

“UK….I really miss you!”

 

Tulisan ini diikutsertakan pada ‘blog contest’ “Ngemil Eksis Pergi ke Inggris” dari Mister Potato Indonesia.

Follow twitter-nya di @MisterPotato_ID dan kunjungi Fanpage-nya di Mister Potato Indonesia

4 thoughts on “UK….I Miss You!”

Leave a comment