The Best Iced Milo in Bali at Tommy’s Cafe, Legian

Kami tiba di Bali menjelang jam makan siang…. Sebenarnya kami sudah makan di pesawat dalam perjalanan menuju Bali sehingga kami belum terlalu lapar ketika tiba di Bali. Setelah mengantar barang-barang kami ke hotel, kami bergerak menuju daerah Legian yang tak jauh dari hotel.

Dari hasil ‘riset’ saya di Trip Advisor, ada sebuah restaurant kecil di daerah Legian yang menyediakan “the best iced Milo”. Karena Devani, Maxi dan saya adalah penggemar Milo, maka review para pengunjung di Trip Advisor mengenai resto ini membuat saya sangat tertarik untuk mencobanya.

“Tommy’s Cafe” nama restonya, terletak di Jl. Werkudara, Legian. Agak sulit mencari resto ini karena ukurannya kecil, papan namanya nyaris tak terlihat. Tidak ada tempat parkir untuk mobil. Jika anda diantar supir, sebaiknya bikin janji bagaimana nanti supir akan menjemput anda setelah selesai makan.

Digital Camera
Inilah banner nama Tommy’s Cafe

Tommy’s Cafe memiliki area indoor dan teras. Karena tempat di dalam sudah penuh, saya dan anak-anak duduk di teras meski cuaca panas lumayan terik. Tampaknya, Tommy’s Cafe sangat populer di kalangan turis Australia dan New Zealand mungkin karena menunya cocok bagi mereka jika mereka kangen dengan makanan ‘lokal’ mereka. Kami adalah satu-satunya kelompok “non-bule” yang berkunjung di Tommy’s Cafe siang itu.

Digital Camera

Begitu duduk, pramusaji membawakan handuk dingin….langsung kami pakai untuk mengurangi rasa panas terik matahari.

 

Digital Camera
Iced Milo (kiri) dan Iced Coffee (kanan). Sooo yuuummy!

Sesuai rencana setelah melihat review di Trip Advisor, kami memesan dua Iced Milo untuk Maxi dan saya. Devani memesan Iced Coffee. Harga Iced Milo dan Iced Coffee ‘hanya’ Rp 16.000,- per gelas. Menurut kami, harganya sangat wajar untuk standard minuman di cafe. “Bagaimana rasanya?” Hmmm…benar-benar enaaaak! Iced Milo-nya beda dengan Milo ‘Dinosaurs’ yang banyak dijual di Kopitiam Singapore dan Jakarta. Iced Milo di Tommy’s Cafe sepertinya dibuat dengan blender. Rasanya “Milo banget”, tidak terlalu manis, paduan susu dan Milo-nya pas menurut saya. Apalagi cuaca siang itu panas terik…minum Iced Milo rasanya cocok banget! Saya bukan penggemar kopi, tapi menurut Devani, Iced Coffee-nya juga nikmat.

Tommy’s Cafe menyediakan ‘all day breakfast’ menu. Karena kami tidak terlalu lapar, maka pilihan kami jatuh pada menu breakfast-nya.

Maxi memilih menu klasik ‘bacon and eggs’. Meskipun Maxi sebenarnya lebih senang makan nasi, tapi siang itu dia tidak keberatan untuk makan roti.

Digital Camera

Sayangnya saya lupa nama makanan yang saya pesan. Saya memilih ini karena saya merasa perlu makan banyak sayuran…dan saya tidak kecewa dengan pilihan saya. Sayurnya banyak tapi tidak sampai berlebihan.

Digital Camera

Devani yang memang porsinya makannya selalu sedikit hanya memesan ‘French Toast’ dengan cinnamon and sugar untuk ditaburi ke rotinya.

Digital Camera

Selain makanan ini, kami juga pesan ‘french fries’…untuk makanan pendamping saja.

Harga makanan yang kami pesan berkisar antara Rp 40.000,- sampai Rp 50.000,-. Sayangnya, saya tidak sempat memotret daftar menunya. Variasi makanannya banyak, semuanya “Western food” khususnya makanan Australia dan New Zealand. Bahkan penjual koran keliling yang mampir di Tommy’s Cafe juga menjual koran Australia!

Yang perlu diantisipasi…butuh waktu lama untuk menunggu makanan/minuman pesanan kita. Kami yang tadinya belum lapar, jadi lapar karena lama menunggu pesanan. Selain waktu yang panjang, meja yang tersedia juga terbatas dan biasanya pengunjung bertahan untuk waktu yang lama. Pokoknya, kalau ke Tommy’s harus benar-benar punya waktu…tidak terburu-buru dan nikmati saja suasananya.