Category Archives: Parenting

Pointe Shoes

IMG-20150103-02534

“Mama…aku mau belajar ballet!” demikian kata Devani saat dia berusia lima tahun. Sembilan tahun berlalu, sampai sekarang Devani masih terus berlatih ballet di tempat kursus yang sama.

Salah satu idaman seorang anak yang belajar ballet adalah bisa berdiri ‘en pointe’ dengan memakai ‘pointe shoes’. Seingat saya, Devani baru berlatih menggunakan ‘pointe shoes’ ketika dia berusia 12 tahun, sekitar kelas 6 SD.

Baru-baru ini, kami menemukan sebuah tempat yang menjual berbagai keperluan ballet. Sasaran utama kami adalah mencari ‘pointe shoes’ karena Devani sudah harus mengganti ‘pointe shoes’ lamanya dengan yang baru.

IMG-20150103-02563
Pointe Shoes lama harus diganti karena sudah ‘lembek’, bisa ditekuk

 

Selain barangnya yang lengkap, pelayanannya juga sangat personal. Pemilik toko tersebut (sudah bisa diduga) adalah seorang ballerina senior, akrab disapa dengan “Ms. Ellen”. Beliau sangat teliti dan sabar melihat dulu kondisi kaki Devani sebelum menyarankan ‘pointe shoes’ yang dirasanya sesuai.

Ketika datang ke toko yang juga merangkap tempat tinggal dan tempat kursus ballet, sangat disarankan untuk membawa sepatu lama, lengkap dengan ‘toe pad’nya. Sebenarnya juga sebaiknya membawa stockings sendiri karena dalam proses ‘fitting’, anak diharuskan memakai stockings. Pointe shoes Devani yang lama adalah dari merk J. Bloch (merk dari Sydney, Australia tetapi dibuat di Thailand), tipe Suprima, ukuran 2,5.

IMG-20150103-02560
Old Pointe Shoes

IMG-20150103-02539

New Pointe Shoes

Setelah fitting dan mencoba beberapa jenis pointe shoes, akhirnya pilihan Devani sesuai anjuran Ms. Ellen adalah J. Bloch tipe Eso ukuran 4.

IMG-20150103-02562

Old and New Pointe Shoes

Harga pointe shoes J. Bloch Eso adalah Rp 450.000,- Devani dan saya sangat puas karena akhirnya mendapatkan pointe shoes baru yang lebih sesuai. Tipe Eso sangat menunjang bentuk telapak kaki Devani sehingga ‘arch’nya bisa terlihat lebih bagus.

IMG-20150103-02535
Lemari Display

Selain pointe shoes, Ms. Ellen juga menjual leotard berbagai ukuran dengan warna-warni standar sekolah ballet.

Saya sangat merekomendasikan tempat ini jika Anda mencari pointe shoes atau kebutuhan ballet lainnya. Memang biasanya semua barang ini bisa dibeli di tempat kursus ballet (anak) kita, tetapi jika anda ingin lebih puas, mencari sendiri, atau kebetulan barang yang dicari sedang tidak ada di tempat kursus, silakan hubungi Ms. Ellen ini.

Alamatnya: Jl. Pluit Sakti 8 No. 4, Pluit

Telepon: 021- 6621861 dan 08161454209 (Ms. Ellen)

 

1989 Taylor Swift

Setelah mengeluarkan single “Shake it Off”, Taylor Swift resmi meluncurkan album kelimanya berjudul “1989”…(angka tahun kelahiran si penyanyi) pada tanggal 27 Oktober 2014.

Taylor Swift 1989 Deluxe, USA Edition
Taylor Swift 1989 Deluxe, USA Edition

Sejak pertama kali Ms. Swift mengumumkan tanggal peluncuran album tersebut, putri saya, Devani yang merupakan “Swiftie” kelas berat, sudah sangat antusias dan tentunya berusaha mencari cara untuk secepatnya memiliki CD 1989 tersebut. Biasanya, CD penyanyi dunia baru akan masuk beberapa saat setelah tanggal peluncuran resminya. “Kalau mau cepat denger lagunya, kenapa nggak download aja?” tanya saya….. Hmmm….ternyata nggak mungkin bangetlah…. “Kan kalau beli CD beneran, ada polaroids-nya….”  begitu penjelasan Devani.

Taylor Swift memang sangat pandai…tidak hanya jago menulis lagu, main gitar, menari dan menyanyi….dia juga cerdik dalam mengelola antusiasme fansnya…para Swifties. Di zaman semua serba ‘downloadable’, Swift berusaha mendongkrak penjualan ‘physical CD’nya dengan cara memberikan 13 polaroids foto-fotonya di setiap CD, baik yang “Standard” maupun “Deluxe”.

Ada 5 set polaroids yang dikeluarkan oleh Taylor Swift, yang masing-masing set-nya terdiri dari 13 foto. Polaroid tersebut mewakili lagu-lagu yang ada di 1989, tercermin dari catatan kecil yang ditulis dengan tulisan tangan Taylor Swift. Jadi, total ada 65 foto yang tentu saja menjadi incaran Swifties untuk dijadikan koleksi berharga.

Devani ingin memiliki kedua versi 1989, baik yang Standard maupun yang Deluxe. Ini juga kehebatan Taylor Swift untuk memberikan ‘extra’ yang dikejar oleh para Swifties. CD edisi Deluxe memiliki 3 lagu extra dan 3 ‘voice notes’ berisi suara Taylor Swift yang bercerita sedikit tentang proses penciptaan lagunya.

Edisi Deluxe (Atas) dan Standard (Bawah)
Edisi Deluxe (Atas) dan Standard (Bawah)

Beruntung sekali, saya punya kenalan baik yang tinggal di USA dan berbaik hati membelikan pesanan saya untuk Devani. Kebetulan teman saya tinggal dekat salah satu “Target” (toko yang di-“endorse” oleh Taylor Swift sebagai tempat penjualan CD-nya) dan (yang sangat penting….) akan mampir ke Jakarta dalam waktu dekat. Yang mau titip, bukan hanya Devani…tapi ada empat teman lainnya yang juga Swifties ingin titip. Akhirnya, teman saya membawakan 5 CD Deluxe dan 1 CD Standard album 1989 ini. Harga di “Target” adalah USD 15 untuk 1989 Deluxe dan USD 10 untuk Standard (harga sudah termasuk sales tax 8,25%). Thank you so much, my friend!

CD yang dibelikan tentunya “USA edition”, lengkap dengan undian untuk mengikuti ‘meet and greet’ yang tentunya tidak mungkin bisa dimanfaatkan oleh Devani dan teman-temannya dari Jakarta sini.Tapi buat mereka…CD USA Edition ini lebih ‘asli’, lebih dekat dengan Taylor Swift-nya 🙂 Hal yang ‘irrational’ sebenarnya…tapi namanya juga ‘fans berat’ yang masih ABG…wajarlah berpendapat seperti itu.

Kemarin sore, keenam CD 1989 itu sudah sampai di tangan Devani….yang disambut dengan jerit-jeritan (haduuuh!) dan kehebohan di social media di antara teman-teman Swifties-nya. CD Standard dan Deluxe jatahnya langsung dibuka dan dilihat polaroids-nya. Untunglah, kedua CD tersebut memiliki 2 set polaroids yang berbeda, sehingga saat ini, Devani sudah mempunyai 26 polaroids Ms. Swift.

Saya tidak akan banyak berkomentar tentang lagu-lagu di album 1989 karena saya bukan ahli musik. Menurut saya, sebagai orang awam di bidang musik, lagu-lagunya nge-pop, mudah dicerna dan segera teringat terus. Yaaah, pastinya segera ‘menempel’ di memory saya karena lagu-lagu tersebut segera dipasang tak henti-henti oleh Devani sejak kemarin sore sampai hari ini.

IMG-20141109-02361
1989 Deluxe song list with 3 bonus tracks and 3 voice notes

Informasi yang saya baca, CD 1989 versi Indonesia (atau versi Asia) baru akan masuk di toko-toko CD di Indonesia pada tanggal 18 Oktober mendatang. Be ready, Indonesian Swifties!

Ada Landak Mini di Rumah Kami

Sejak dua bulan yang lalu, Devani memelihara landak mini atau ‘hedgehog’. Awalnya saya tidak setuju dengan rencananya untuk menambah satu macam lagi hewan peliharaan di rumah kami selain kucing dan ikan. Apalagi kami semua tidak punya pengalaman memelihara landak mini. Selain itu, di rumah kami ada tiga ekor kucing yang bebas berkeliaran di dalam rumah….apakah mereka bisa menerima teman baru seekor landak mini?

Devani dan landak mininya
Devani dan landak mininya

Dalam usaha saya untuk membatalkan niat Devani memilihara landak mini, saya memberikan beberapa persyaratan. Yang pertama, dia harus minta persetujuan dulu dari ayahnya dan adiknya. Kedua, nilai raport kenaikan kelasnya harus bagus. Ketiga, segala biaya awal untuk memelihara landak mini (beli kandang, beli landak mini dan perlengkapannya) harus ditanggung Devani. Keempat, Devani harus bertanggung jawab terhadap kebersihan kandang dan perawatan landak mininya.

Menurut saya, keempat persyaratan itu lumayan berat dan bisa menyurutkan niatnya untuk memelihara landak mini. Ternyata, semuanya berhasil ia penuhi dan akhirnya sejak bulan Juli yang lalu, hadirlah seekor landak mini di rumah kami.

Sebagai persiapan, bahkan sebelum Devani memenuhi seluruh persyaratan di atas, kami berkunjung ke BFC Farm (BFC sebenarnya singkatan dari Bintaro Fish Centre). Selain ada landak mini, di BFC Farm juga ada beberapa binatang lainnya seperti lobster air tawar, kura-kura dan kelinci mini.

Pada kunjungan kami yang pertama, Devani dan saya hanya ‘survey’ melihat bagaimana mereka memelihara landak mini. Devani juga belajar cara memandikan landak mini. Kami mendapatkan informasi dasar seputar landak mini. Untuk kunjungan dan informasi tersebut, kami dikenakan biaya Rp 50.000,-.

Sebelum berkunjung ke BFC Farm, Devani hanya mendapatkan pengetahuan tentang landak mini dari hasil ‘googling’ dan melihat di ‘Youtube’. Sebab itu, menurut saya, penting buat dia untuk melihat landak mini secara nyata…yang hidup. Saya ingin tahu seberapa baunya kandang landak mini karena rencananya, kandang landak mini itu akan diletakan di dalam rumah….ruangan tertutup.

Dari hasil survey ke BFC Farm, Devani semakin mantap untuk memelihari landak mini….karena menurutnya, landak mini itu lucu dan menggemaskan. Maka setelah kunjugan tersebut, Devani mulai menyediakan perlengkapan lainnya.

Meskipun BFC Farm memilihara landak mini di dalam kandang kaca, seperti aquarium, Devani ingin menggunakan ‘plastic container’ sebagai kandang landak mininya. Setelah survey ke beberapa tempat, akhirnya dia memilih membeli ‘plastic container’ di Ace Hardware. Devani mencari plastic container ukuran terbesar yang ada di toko dengan pertimbangan bahwa landak mini senang bermain, sehingga ia butuh area yang cukup luas untuk berjalan-jalan. Sedangkan untuk tutup kandangnya (karena kami khawatir kucing kami akan iseng mengganggu landak mini), Devani membuatnya dari jeruji pagar. Bahannya dibeli meteran di toko bahan bangunan.

Beli plastic container untuk kandang landak mini
Beli plastic container untuk kandang landak mini

Untuk tempat makan dan minum, Devani membeli asbak kaca (karena harus berat agar tidak mudah ditumpahkan oleh si landak mini) dari Carrefour.

Karena habitat asli landak mini adalah di bawah tanah, maka mereka senang masuk terowongan. Devani membelikan pipa PVC berdiameter besar sebagai terowongan buatan. Pipa PVC kami beli di toko bahan bangunan. Sebagai tempat bersembunyi, Devani membuatkan rumah-rumahan dari stick ice-cream dan kantong dari kain yang halus (seperti bahan flannel).

IMG-20140708-01985
Beberapa alternatif ‘tempat sembunyi’ untuk si landak mini
IMG-20140708-01990
Kandang dengan tutup jeruji dan pipa PVC untuk tempat main

Keperluan perawatan lainnya, seperti sekop plastik, handuk untuk alas, tissue di beli dari berbagai tempat atau diambil dari yang sudah tersedia di rumah.

Setelah semua persyaratan dipenuhi dan perlengkapan siap, pergilah kami ke BFC Farm lagi untuk membeli landak mininya. Karena kami tidak akan membeli kandang dari BFC Farm, kami membawa kandang kecil yang biasa dipakai oleh kucing kami sebagai tempat untuk membawa pulang si landak mini baru.

IMG-20140708-01981
Landak mini dibawa pulang dari BFC Farm

Devani membeli landak mini tipe Salt & Pepper betina seharga Rp 400.000,-. Sesuai kesepakatan, Devani hanya boleh memilihara seekor landak mini. Kami tidak mau landak mini itu berkembang biak….repot sekali mengurus mereka!

Inilah "Maisy"
Inilah “Maisy”

Alas kandang (disebut ‘bedding’) dan makanan landak mini (mirip seperti makanan kucing model kering) juga dibeli dari BFC Farm.

Devani memberi nama landak mininya: Maisy…diambil dari tokoh kartun tikus yang menjadi favoritnya ketika kecil.

Ketika kami meletakkan Maisy di dalam kandangnya, dia tampak langsung menjelajah area baru ini. Kucing-kucing kami tampak ingin mengenal Maisy tetapi sampai sejauh ini, mereka tidak saling mengganggu.

Kucing bertemu landak mini
Kucing bertemu landak mini

Setelah dua bulan berada di rumah kami, Maisy sudah mulai jinak. Pengertian ‘jinak’ maksudnya tidak memberdirikan duri-durinya, tidak mengeluarkan suara seperti mendesis ketika akan diangkat keluar kandang. Awalnya Devani menggunakan alas handuk ketika memegang Maisy, tetapi sekarang ini, dia sudah terbiasa memegang Maisy hanya dengan tangan.

Sejauh ini, hanya Devani yang berinteraksi dengan Maisy. Hampir tiap hari, Maisy dikeluarkan dari kandangnya untuk sekedar di pangku atau diperbolehkan main di lantai (di area yang sudah dialasi lembaran plastik dan diberi pembatas agar tidak lari ke luar area).

Di BFC Farm, kami pernah melihat landak mini berenang di kolam dengan kedalaman air sekitar 50 cm, tetapi Devani belum pernah melepas landak mininya untuk berenang, jadi hanya dimandikan saja dengan sikat gigi dan shampoo bayi.

Untuk makanannya, selain diberikan makanan kering dari BFC Farm, Devani juga pernah mencoba memberikan ulat hongkong hidup yang ternyata sangat digemari Maisy. Namun karena Devani masih jijik untuk memegang ulat hongkong hidup, dia membeli ulat hongkong kering melalui ‘kaskus’. Awalnya Maisy kurang suka makan ulat hongkong kering, tetapi sekarang mulai suka.

Beberapa jenis buah dan daun sebenarnya juga bisa menjadi makanan landak mini namun sejauh ini, belum ada yang benar-benar mejadi makanan favoritnya.

Bagi yang berminat memelihara landak mini, bisa langsung saja menuju BFC Farm di alamat di bawah ini.

BFC Mini Farm                                                                                                                        Jl. Mesjid Baitis Salmah                                                                                      Kp.Tegal Rotan Rt.04/07 No.123                                                                        Desa Sawah Baru, Ciputat                                                                              Tangerang

Website http://www.landakmini.com

Saya juga senang jika ada pembaca blog ini yang juga memelihara landak mini….kita bisa bertukar pengalaman “tips and trick” bergaul dengan si landak mini.

Dream Travel MOM: My life as a “Mom”

Hmmm….sudah lama sekali nggak menulis blog….. Terakhir kali menulis di tanggal 24 Juli…berarti sudah lebih dari sebulan saya tidak “nge-blog”. Memasuki bulan September ini, saya punya semangat baru untuk menghidupkan blog ini. Nama blog saya adalah “dream-travel-mom”, kalau hanya menulis cerita traveling, blog ini kurang hidup, karena saya masih kurang sering jalan-jalan (padahal mau banget lebih sering jalan-jalan). Jadi, mulai bulan September 2014 ini, saya akan menulis cerita-cerita saya sebagai ‘mom’….. Pastinya akan lebih banyak cerita yang bisa saya bagikan di sini yang semoga bisa berguna bagi orang lain.

Sekedar mengulang informasi….saya adalah seorang ibu dari dua anak remaja. Saat ini, kedua anak saya sudah resmi menjadi ‘teenager’. Si sulung, Devani berusia 14 tahun dan si bungsu, Maxi berusia 13 tahun. Dua anak…satu perempuan dan satu laki….cukuplah sudah. Jarak usia kedua anak saya memang dekat, hanya 16 bulan…. Devani baru berusia 7 bulan ketika saya mulai hamil lagi….it was really a surprise pregnancy! Pengalaman mengurus ‘dua bayi’ itu sangat sibuk dan banyak tantangan….syukurlah sudah dilewati dengan baik. Saat ini, Devani duduk di Grade 9 (sama dengan kelas 3 SMP) dan Maxi di Grade 8 (= kelas 2 SMP). 

Saya adalah seorang ibu yang bekerja full-time…. Uniknya…, saya bekerja di sekolah di mana kedua anak saya bersekolah. Ada banyak cerita seputar pendidikan dan pengalaman saya bekerja di dunia pendidikan yang ingin saya bagikan, baik dari sudut pandang sebagai saya yang bekerja di dunia pendidikan maupun dari sudut pandang saya sebagai seorang ibu.

Nah…sekian dulu perkenalan (lagi) dari saya. Dengan tulisan saya hari ini, saya mengawali area baru di blog saya…yaitu keseharian saya sebagai seorang ibu…”Mama” untuk Devani dan Maxi.